Powered By Blogger

Kamis, 08 September 2011

Totalitas Mencinta....

(Tulisan Lama, 14 September 2009)
Ku baru saja membaca sebuah bagian dari buku "The Secret For Muslim' yang membuatku menangis, mengingat...sungguh betapa Sosok yang kita Cintai sangat mencintai kita...sudah total kah Cinta kita???

Cinta, di banyak waktu dan peristiwa orang selalu mengartikannya. Tak ada yang salah, tapi tak ada juga yang benar sempurna menafsirkannya. karena cinta yang selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong. cinta juga seperti air yang mengalir ke daratan yang lebih rendah.

Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. bahwa cinta, akan membuat sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. mengajarkan kita betapa besar kekuatan yang dihasilkanya. cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita nikmati dengan cinta.

Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang. cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan lebih baik.

Dan Islam tidak saja mengagungkan cinta tapi memberikan contoh konkrit dalam kehidupan. Lewat kehidupan mulia, Rasulullah tercinta.

Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah swt lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah "Wahai umatku, kita semua asa dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertaqwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal kepada kalian, Al-qur'an dan sunnah. Barang siapa mencintai sunnahmu, berarti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku".

Khutbah singkat iut diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh mentap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Ustman menghela nafas panjang, dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua". desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir disana pasti akan menahan detik-detik berlalu kalau bisa.

Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutp. sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan kenindnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar terdengar seorang berseru mengucapkan salam ."Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk. "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"

"Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. lalu Rasulullah menatap putrinya dengan pandangan yang menggetarkan. satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut." kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.

Malikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut menemani, saat itu dipanggillah Jibril yang sebelumnya telah bersiap di atas langit dunia untuk menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hak ku nanti di hadapan Allah?" tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.

"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu, semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" tanya Jibril lagi
"Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas.
Perlahan ruh Rasulullah ditarik, tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimabh peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakitnya sakratul maut ini." lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka

"Jijikkah kau melihatku, sehingga kau pelingkan wajahmu Jibril?" tanya Rasulullah kepada melaikat pengantar wahyu tersebut.
"Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal" kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik karena sakit yang tidak tertahan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku"

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatka telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, periharalah sholat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinga di bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

"Ummati, ummati, ummati..." Dan, pupuslah kembang hidup mulia itu.

Kini, mampukah kita mencinta sepertinya????????

Semoga kita sama-sama dapat memahami dan belajar mengenai Cinta yang sebenarnya itu sendiri....

Wallohu'alam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ini Lho Diriku...

Foto saya
Seorang hamba Allah swt yang selalu dan selalu melakukan perbaikan dan perubahan positif yang bermanfaat bagi sekitar... Seorang anak yang mendapatkan lisensi resmi dari orang tua untuk kembali tinggal sementara waktu di Bogor... Seorang saudara yang siap mengorbankan pemikiran pribadi untuk menemukan sebuah kata sepakat dan kedamaian... Seorang sahabat yang siap menjadikan bahu sebagai tempat sandaran ketika ingin menumpahkan apa yang dirasakan... Seorang mahasiswi yang berusaha melakukan yang terbaik dalam study... Seorang wanita yang mendambakan menjadi seorang istri yang taat dan ibu yang kuat... It's Me...Maria Ulfa...